Kamis, 13 Oktober 2011

Wayang Beber, Kesenian Wayang Tertua Yang Hampir Punah

Wayang Beber

Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.

Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India) diantaranya adalah Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli sampai sekarang masih bisa dilihat. Wayang Beber yang asli ini bisa dilihat di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara.Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul.



Menurut Kitab Sastro Mirudo, Wayang Beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bra Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber, yang artistik melebihi keindahan lukisan kubisme Pablo Picaso, jika dibanding untuk masa kini. Wayang Beber juga memuat banyak cerita Panji, yakni Kisah Cinta Panji Asmoro Bangun yang merajut cintanya dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo yang keelokan parasnya melompat bagai wanita tahun Milenium Ke 2, tapi kepribadiannya tetap murni kisaran abad 12, hal ini di buktikan pada dilog romantis anatar Panji Asmoro Bangun Denagn Sekartaji, ketika memadu cinta, kala itu Sekartaji ditanyakan tentang kedalaman cintanya kepada Panji Asmoro, Ternyata Jawabnya, hanya seujung kuku hitam begitu jawab Sekartaji, Terhenyak Panji Asmoro Wajah Merah Padam bagai Makan Cabai satu Kilo, Demi menyimak wajah Suaminya Membara, Sekartaji Menjabarkan dengan kelembutan Budinya, bahwa ujung kuku adalah simbul kewantekan cinta yang takan pudar, atau punah, kuku hitam tiap kali dipotong akan tumbuh terus tiada henti, begitulah cinta Sekartaji kepada Sang Panji Asmoro Bangun, Merasa Kalah cerdas jiwa, Panji Asmoro mohon izin kepada Istrinya intuk pergi berkelana mencari ilmu , memperluas wawasan keberbagai penjuru dunia.



Wayang Beber, Wayang Tertua
  
Keberadaan wayang di Indonesia, terutama pulau Jawa, mempunyai letak tersendiri di masyarakatnya. Tak ada catatan kapan pertama kali wayang dimainkan. Berbagai jenis wayang pun muncul seiring dengan perkembangan jaman. Setelah masuknya agama Hindu dan Islam, wayang mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai alat penyebaran agama.

Dipercaya sebagai bentuk pertunjukan wayang tertua adalah wayang beber. Berbeda dengan penerusnya dimana wayang dibentuk menyerupai manusia, wayang beber hanya menggunakan gambar dengan narasi untuk menceritakan kisah-kisahnya. Sesuai dengan namanya, beber berarti menceritakan.

Tercatat dalam sejarah, pada tahun 861 M, Raja Hindu Jayabaya dari Mamenang, Jawa, memerintahkan seniman-senimannya untuk membuat gambar dari patung-patung leluhurnya di atas daun palem. Dia kemudian menyebutnya wayang purwa. Selanjutnya wayang purwa pun mengalami pergeseran makna, hingga saat ini, wayang purwa lebih dikenal sebagai wayang kulit.
Gambar-gambar di atas daun tersebut kemudian dibuat lagi di atas selembar kertas. Karena mahalnya harga kertas pada masa itu, kertas yang digunakan pun tidak dipotong-potong menjadi banyak. Sebaliknya, gambar-gambar tersebut dilukiskan saling bersebelahan sepanjang kertas yang ada. Kertas yang telah berisi gambar kemudian digulung menggunakan tongkat di ujung-ujungnya, dan disimpan dalam bentuk surat gulungan. Saat Raja ingin melihatnya kembali, surat gulungan dikeluarkan dan dibuka, dipindahkan dari satu ujung tongkat ke ujung lainnya. Gambar yang ada pun diterangkan dengan narasi.

Seperti wayang lainnya, wayang beber dimainkan oleh dalang. Dalam pertunjukannya, dalang memulainya dengan memberikan petunjuk bagi gamelan untuk mulai bermain. Selanjutnya dalang membuka gulungan yang akan diceritakan. Dengan bernyanyi dan berbicara, dalang menarasikan cerita dengan lebih detail. Gambar ditunjukkan satu per satu. Setiap gulungan merupakan satu kisah atau satu bagian dari suatu kisah. Kisah yang biasa diangkat oleh wayang beber biasanya adalah kisah Ramayana, Mahabarata, Jenggala, atau kisah-kisah duniawi dari desa dan kerajaan lain.

Sayangnya, saat ini keberadaan wayang beber sudah hampir punah. Wayang pun lebih identik dengan wayang kulit yang kepopulerannya hingga ke luar negeri.

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More